Kamis, 08 Maret 2012

Tribute To The Moffatts "Love You Endlessly"

 Love You Endlessly 

Scott meletakkan gitarnya di kursi di sampingnya. Diraihnya cangkir berisi capuccino panas di meja. Ia menghirup cappucinonya sambil mengedarkan pandangan ke sisi lain cafe. Itu dia! Seorang perempuan dengan rambut sebahu datang lalu duduk di kursi di seberang Scott. Dada Scott berdebar-debar. Ia teringat kembali saat pertama kali ia jatuh cinta pada perempuan itu.

Siang itu Scott sedang berada di cafe. Ia senang sekali duduk di sebelah luar cafe itu sambil memainkan gitarnya dan memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang. Di mejanya terdapat secarik kertas dan pensil. Scott sedang asyik menulis sebuah lagu. Ia sudah hampir mencapai akhir lagu sampai tiba-tiba pikirannya buntu. Ah sial, pikir Scott. Mendingan pesan makanan saja, ah.

Scott bangkit untuk memesan makanan. Tiba-tiba ada yang menubruknya dari belakang. Scott terhenti. Dirasakan bahunya basah. Scott merasa geram. Bukan hanya karena barusan bajunya tersiram kopi panas, melainkan kertas lagunya juga ikut menjadi korban. Ia memandang kertasnya yang kini berubah warna menjadi coklat. Tulisannya luntur semua.

"Aduh, maaf. Maaf. Aku tidak sengaja."
Scott berbalik untuk memarahi orang yang menabraknya. "Apa kamu..." Scott terdiam. Ia menatap perempuan berambut sebahu yang sedang memandangnya dengan ketakutan. Dada Scott berdebar-debar.

"Maaf ya. Nanti aku yang ganti deh biaya nyuci bajunya," kata perempuan itu.
"Oh, tidak apa-apa. Tidak usah," kata Scott gugup. Seketika amarahnya menguap. "Hanya noda sedikit. Tidak apa-apa."
"Beneran nih?" tanya perempuan itu. "Aku sering datang ke sini kok kalau kamu mau minta ganti rugi. Sekali lagi maaf ya."

Scott hanya tersenyum. Perempuan itu berlalu. Scott terhenyak ke kursinya. Ya ampun, perasaan apa ini. Kenapa dadanya berdebar-debar begitu melihat perempuan tadi.

"Hey, Bro! Ngapain bengong begitu?" sapa Clint sambil menepuk bahu Scott. "Wow! Kenapa bajumu? Kok bisa kotor begini?"
"Tidak apa-apa. Tadi ketumpahan kopi," jawab Scott dengan wajah memerah.
"Wah, ini sih keterlaluan," sahut Bob sambil mengangkat kertas lagu Scott yang sudah basah kuyup. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana pembalasanmu ke orang yang sudah melakukan hal ini kepada kertas lagumu."
"Aku tidak apa-apain kok," jawab Scott. Adik-adiknya itu tercengang.
"Bajumu kotor, kertas lagumu hancur, dan kamu tidak marah sama orang itu?" tanya Dave tidak percaya. Scott menggeleng.
"Bajuku masih bisa dicuci. Lagu itu juga masih bisa aku tulis lagi. Buat apa marah?" balas Scott santai. Clint, Bob, dan Dave berpandangan.
***

Sejak hari itu Scott makin sering datang ke cafe. Sambil membuat lagu dengan gitarnya, diam-diam Scott memandang perempuan yang duduk di seberangnya. Perempuan yang juga rajin duduk di cafe itu dengan segelas es coklat mint dan sebuah buku di depannya.

"Jadi itu perempuan yang sudah merusak lagu kamu?" tanya Bob sambil ikut memperhatikan perempuan yang sedang dipandangi oleh Scott.
"Ah, dia tidak merusak lagu aku. Dia hanya merusak kertas yang berisi lagu itu, bukan merusak lagunya," balas Scott.
"Aku penasaran, kenapa kamu terus-terusan membela perempuan itu. Kamu kan tidak mengenalnya," kata Clint.
"Sudah jelas kan," sahut Dave. "Scott naksir sama dia." Bob dan Clint langsung berpandangan. Scott tidak menjawab.
"Masa sih kamu naksir dia?" tanya Clint. "Pantas saja akhir-akhir ini lagu-lagu yang kamu buat liriknya tentang jatuh cinta terus."
"Terus kenapa kamu tidak terus terang sama perempuan itu soal perasaan kamu?" tanya Bob.
"Mana mungkin. Namanya saja aku tidak tahu," jawab Scott malu-malu.
"Ajak kenalan dong!" kata Clint tidak sabar. "Dia duduk hanya beberapa langkah dari kamu. Kamu kan tinggal ke sana lalu menanyakan namanya!"
"Tidak semudah itu. Lagipula aku belum tahu pasti apa aku benar-benar menyukainya. Sejauh ini aku hanya senang melihatnya," balas Scott. Adik-adiknya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Hampir tiga bulan berlalu dan Scott hanya memandang perempuan itu dari jauh. Sering beberapa kali Scott berniat menghampiri meja perempuan itu dan mengajaknya berkenalan. Tapi niat itu diurungkan karena entah kenapa ada perasaan yang membuat Scott tetap duduk di kursinya.

Akhirnya siang itu seperti biasa Scott duduk di mejanya dengan membawa gitar kesayangannya. Tekadnya sudah bulat. Hari itu ia akan berkenalan dengan perempuan yang dikaguminya. Scott pun sudah merencanakan sesuatu. Ia sudah berbicara dengan pelayan cafe itu bahwa ia akan meminjam panggungnya untuk beberapa menit. Dengan lirik lagu berjudul LOVE di tangannya, Scott berencana untuk menyanyi di depan perempuan itu.

Namun siang berganti malam. Perempuan itu tidak terlihat batang hidungnya. Kemana dia? Ah barangkali hari ini bukan hari keberuntungannya. Scott tidak menyerah. Ia akan menunda sampai besok, sampai perempuan itu datang.

Tapi seminggu berlalu, perempuan itu tidak muncul juga. Padahal Scott sudah meminta adik-adiknya untuk mengiringinya saat bernyanyi. Scott mulai cemas. Apalagi saat Clint menyinggung soal menghubungi perempuan itu. Ah, namanya saja Scott tidak tahu. Bagaimana mungkin ia bisa tahu berapa nomor teleponnya atau dimana perempuan itu tinggal.

Scott merasa galau. Hanya seperti inikah akhir dari perjalanan cintanya? Tapi benarkah Scott jatuh cinta kepadanya? Kenapa Scott baru menyadari perasaannya di saat ia tak lagi bertemu dengannya?

Scott memetik gitarnya dengan lembut. Di mejanya terdapat secarik kertas dengan tulisan Always In My Heart. Ia sedang membuat lirik dari lagu itu saat tiba-tiba bahunya ditepuk.

"Boleh duduk di sini?"

Scott mendongak. Jantungnya langsung terasa berhenti berdetak. Perempuan yang selama ini ditunggunya berdiri di hadapannya. Senyum manis menghias wajahnya. Scott langsung buru-buru bangkit.

"Boleh, boleh. Silakan," kata Scott sambil menarik kursi untuk perempuan itu. Perempuan itu duduk di depan Scott.

"Aku sering melihat kamu membawa gitar itu. Kamu bisa main musik?" tanya perempuan itu.
"Ya. Sebenarnya aku suka menulis lagu," jawab Scott gugup. "Sekarang juga ada lagu yang sedang aku buat."
" Oh ya? Boleh aku dengar lagunya?"
"Umm.. Sekarang belum bisa. Lagunya belum selesai. Tapi kalau sudah selesai, aku janji pasti akan aku mainkan untuk kamu."

Perempuan itu tersenyum. Kemudian perhatiannya tertuju pada gelas di depan Scott. "Kamu suka minum es coklat mint juga? Aku kira kamu suka capuccino?"
"Aku suka apa saja. Aku coba coklat mint karena sering lihat kamu minum. Jadi mau tahu seperti apa rasanya."
"Biasanya aku juga minum capuccino. Tapi aku menggantinya dengan coklat mint karena aku takut menumpahkannya lagi di baju kamu," kata perempuan itu malu-malu.
"Aku kira kamu tidak ingat."
"Mana mungkin aku lupa," kata perempuan itu. "Oh ya. Nama aku Fey."
"Aku Scott."

Akhirnya terjadilah percakapan seru antara Scott dengan perempuan yang bernama Fey itu. Percakapan yang selama ini diidamkan oleh Scott. Wah ia bahkan lupa niatnya untuk bernyanyi di panggung cafe itu!
***

Malam itu Scott bersiap di kamarnya. Ia sudah rapi dengan kemejanya. Ia hendak pergi ke rumah Fey. Perempuan itu mengundang Scott ke rumahnya untuk menghadiri suatu acara bersama keluarganya. Dave masuk ke kamar Scott sambil membawakan seikat bunga. Scott tidak tahu bunga apa yang tepat untuk dibawa ke acara keluarga perempuan yang baru saja dikenalnya. Tapi Scott terpaksa membawanya karena Fey yang meminta.

"Sukses ya, Bro!" kata Clint, Bob, dan Dave memberi dukungan kepada Scott yang hendak berangkat.

Scott pergi dengan gugup. Apalagi saat ia tiba di alamat yang diberikan oleh Fey. Rumah itu ramai. Banyak yang datang ke rumah itu. Wah Fey tidak bilang bahwa Scott akan bertemu keluarga besarnya! Dada Scott semakin berdegup kencang.

Begitu Scott memasuki rumah Fey, orang-orang yang ditemuinya tidak menunjukkan wajah senang. Bahkan beberapa diantaranya meneteskan airmata. Scott merasa ada yang tidak beres. Ia memandang berkeliling mencari Fey.

"Hai. Kamu temannya Fey?" sapa seorang lelaki sambil menepuk bahu Scott.
"Iya. Aku Scott," jawab Scott.
"Aku Aaron, kakaknya Fey. Ayo aku antar bertemu Fey."

Scott mengikuti Aaron pergi ke sebuah ruangan. Scott semakin merasa aneh karena semakin banyak orang di ruangan itu yang sedang menangis. Ada apa di sini?

"Nah, itu Fey. Kamu boleh menemuinya," kata Aaron sambil menunjuk ke tengah ruangan.

Scott mengerenyitkan dahi. Ia memandang ke arah yang ditunjuk Aaron, tapi ia tidak bisa menemukan Fey. Scott melangkah mendekati kerumunan orang. Rupanya di tengah ruangan itu terdapat sebuah peti besar. Apa maksudnya ini? Scott mendekati peti itu lalu melongok ke dalamnya. Lututnya langsung lemas.

Fey berbaring di peti itu. Matanya terpejam. Beberapa tangkai bunga bertebaran di sampingnya. Scott menatap Fey tidak percaya. Mana mungkin Fey yang berada di peti itu!

"Tidak mungkin," kata Scott sambil berpegangan pada tepi peti. "Aku baru bertemu dia kemarin. Mana mungkin dia meninggal!"

"Fey sakit radang paru-paru sejak kecil. Tapi akhir-akhir ini keadaannya bertambah parah," kata seorang wanita yang kelihatannya adalah ibunya Fey. "Sudah seminggu lebih ia koma. Sebelum dirawat di rumah sakit, Fey mengatakan ingin mendengar lagu dari laki-laki yang sering ditemuinya di cafe. Tapi sebelum keinginannya terkabul, dia keburu pergi."

Ibunya menangis. Scott terdiam. Ia tidak sanggup berkata apa-apa. Jika Fey sudah seminggu koma di rumah sakit, bagaimana bisa kemarin perempuan itu mendatangi Scott lalu mengobrol dengannya?

Scott tidak sanggup menahan airmatanya. Jika kekuatan cinta mampu membuat jiwa seorang perempuan menemuinya sebelum tiba ajalnya, Scott sangat malu dan menyesal karena ia tidak sanggup menemui perempuan itu walau hanya untuk menanyakan namanya. Tidak ada yang bisa Scott lakukan. Ia meletakkan bunga yang dibawanya di samping Fey. Kini ia menemukan lirik yang tepat untuk melengkapi lagu yang dibuatnya untuk Fey.

All of the things that I regret
Sometimes I forget to say
I LOVE YOU..
I believe there's a way to show you
Even when we apart
Though the times we are not together
You always in my heart..


By : Celina Felaney
Happy birthday Moffatts!
Wish you all the best and all of your dreams come true..
*hug&kiss


Tidak ada komentar:

Posting Komentar